Sunday, November 7, 2010

Gunung Merapi


Sampai kemarin sore, situasi di gunung Merapi masih penuh ketidakpastian. Letusan dan guguran abu vulkanik terus terjadi sejak pagi hari. Akibatnya, lima relawan yang akan melakukan evakuasi jadi korban terjangan awan panas wedus gembel.
Lima anggota Tim Penanggulangan Bencana (Tagana) meninggal saat pencarian korban Gunung Merapi di Gelagah Sari, Sleman, Yogyakarta, Minggu (7/11).
Kepastian adanya korban relawanitu diinformasikan Staf Khusus Kepresidenan Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief, Minggu (7/11/2010). Dia mendapatkan laporan mengenai hal itu dari Komandan Tagana Andi Aninditio.
"Semoga Allah SWT menerima segala amal baiknya," ujarnya.
Menurut Andi, dua relawan Tagana itu meninggal saat sedang piket dan tiga lainnya meninggal ketika sedang berkunjung ke daerah bencana.
"Kami berduka dengan meninggalnya anggota kami dalam tugas," imbuhnya.
Andi menuturkan, relawan Tagana menjadi korban saat mengevakuasi korban jiwa di Glagahsari. Kala itu kelima korban baru saja mendapatkan 1 jenazah. "Tadi baru dapat satu korban keburu turun awan panas," ujarnya.
Luncuran awan panas Merapi memang fluktuatif. Awan panas itu antara lain juga meluncur sekitar pukul 10.20 WIB. Sekitar 40 orang anggota tim SAR yang sedang menyisir Dusun Ngempring dan Dusun Ngancar, Kecamatan Cangkringan, Kabupetan Sleman, DIY, berlarian turun menuju truk dan sepeda motor yang mereka bawa.
"Ada awan panas, turun!" teriak salah seorang anggota tim SAR di Dusun Ngempring.
Puluhan anggota tim SAR itu kemudian berlarian turun menuju motor dan truk. Meraka langsung memacu kencang kendaraannya untuk turun ke daerah yang lebih aman.
Pada Oktober lalu, relawan PMI bernama dr Tutur juga menjadi korban tewas awan panas ketika berusaha menjemput Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, Cangkringan.
Aktivitas Merapi kembali mengalami peningkatan, Minggu dini hari pukul 00.55 WIB. Imbasnya, seluruh relawan yang masih berada di lereng Merapi kini ikut ditarik mundur ke kawasan awan di radius 20 Km dari puncak Merapi.
“Semua relawan di Utara dan Timur puncak Merapi ditarik mundur dari radius 15 Km-radius 20 Km,” kata Jumadi, salah seorang tim Siaga Bencana di Desa Jrakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (7/11).
Menurut Jumadi, penarikan ini disebabkan kondisi di lapangan sudah tidak memungkinkan karena kabut tebal dan abu vulkanik yang mencapai ketebalan 6 centimeter. Hal ini diperparah dengan kondisi cuaca yang mulai gerimis.
“Jalannya semakin licin dan menyulitkan proses evakuasi,” jelasnya.
Jumadi menambahkan, kabut tebal yang menyelimuti kawasan Selo juga membuat warga tidak bisa melihat awan panas yang kemungkinan mengalir dari puncak Merapi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wida salah seorang warga Nglinggi, Klaten Selatan. Menurut dia, kabut tebal yang terjadi sejak pukul 03.00 WIB dini hari tadi, telah membuat jarak pandang yang sangat terbatas ke arah puncak Merapi.
Proses evakuasi korban letusan Gunung Merapi semakin sulit. Pasalnya, para relawan kesulitan mendeteksi arah letusan dan semburan wedhus gembel, karena tiga alat pendeteksi letusan yang terpasang di gunung itu rusak.
“Alatnya tinggal satu, tiga lainnya rusak. Jadi tim SAR kesulitan untuk mendeteksi arah letusan kemana," ungkap relawan SAR dari kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Anggi, kepada okezone, Minggu (7/11).
Berdasarkan pantauan, hingga kini Gunung Merapi masih menunjukkan aktivitasnya yang cukup tinggi. Letusan masih terjadi, bahkan tadi pagi Gunung Merapi sudah meletus selama dua kali. Letusan juga dibarengi suara gemuruh yang cukup besar hingga terdengar ke kota Yogyakarta.
Data yang diperoleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (7/11) pukul 12.00 WIB, mencatat ada 278.403 pengungsi akibat letusan Gunung Merapi. Jumlah tersebut berasal dari Sleman 54.153 orang, Klaten (58.482), Boyolali (60.643), Kabupaten Magelang (102.353), dan Kota Magelang (2.772).
Para pengungsi tersebar di berbagai barak pengungsian, diantaranya di Kabupaten Sleman terdapat di Stadion Manguwoharjo dan Auditorium kampus UPN “Veteran” Yogyakarta.
Di Kabupaten Klaten berada di Pendopo Pemda, Gor Gelarsena, dan Gedung DPRD. Di Kabupaten Magelang pengungsi berada di Muntilan, Sawangan Salam, dan Borobudur. Sedangkan untuk Kota Magelang berada di Bakorwil, Panti Mandala, dan Kiai Sepanjang.




Warga Magelang Masih Ada yang Terjebak di Kilometer 10


Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan titik aman hingga kilometer 20 dari kaki Gunung Merapi. Namun ternyata masih ada warga Magelang yang mengungsi di kilometer 10.
Ini yang dialami oleh warga di Desa Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Pasri, salah seorang pengungsi, mengatakan dirinya dan seratusan orang lainnya terisolir dari posko pengungsian.
“Kami belum mendapat bantuan sama sekali, daerah kami terisolir. Warga saat ini makan seadanya seperti ketela dan ubi-ubian untuk bertahan," kata Pasri saat dihubungi okezone, Minggu (7/11/2010).
Selain para pengungsi dewasa, banyak balita yang juga sangat membutuhkan bantuan seperti susu, roti, dan makanan bayi. "Di sini banyak balita, kami sangat butuh bantuan buat makanan balita," tuturnya.
Sebagaimana diketahui Desa Wonolelo berada di dataran tinggi daerah tersebut lebih dikenal dengan Keteb, yakni daerah puncak.(kem)


SBY Minta BNPB Kooperatif dengan Wartawan
Minggu, 7 November 2010 - 15:17 wib
text TEXT SIZE :
Share
Tri Kurniawan - Okezone
Presiden SBY (Foto: Abror/ Setneg)

YOGYAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB bertindak kooperatif terhadap rekan-rekan wartawan dalam memberikan informasi.

“Kita wajib memberitahukan kepada teman-teman wartawan, karena hanya melalui mereka kita bisa memberikan informasi,” kata SBY saat berkunjung di Posko BNPB, Jalan Kenari, Yogyakarta, Minggu (7/11/2010).

Dalam kesempatan tersebut, Presiden melakukan kesiapsiagaan terhadap para petugas BNPB dalam menyikapi insiden Merapi. Kunjungan tersebut hanya sekira 10 menit sejak pukul 15.00 WIB.

Usai melakukan inspeksi tersebut, Presiden akan melakukan kunjungan ke kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Jalan Cendana, Yogyakarta.(kem)


SBY Tanyakan Kondisi Terkini Merapi
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sukhiyar menjelaskan erupsi masih terus terjadi.
Minggu, 7 November 2010, 16:43 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Nur Farida Ahniar, Sandy Adam Mahaputra
Letusan Gunung Merapi tahun 2006 (http://tngunungmerapi.org)
BERITA TERKAIT

* Evakuasi Korban, PMI Terjunkan Hagglunds
* Lima Relawan Dikabarkan Jadi Korban Merapi
* Kesra Nilai Pengungsian Minim Saluran Air
* Video Keganasan Wedhus Gembel di Argomulyo
* Ani SBY Hibur Anak-Anak Pengungsi Merapi

VIVAnews - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhiyar menjelaskan erupsi Gunung Merapi masih terus aktif sejak letusan besar Jumat dinihari, 5 November lalu. Namun, kekuatan erupsi yang terjadi saat ini lebih kecil atau setengah dari erupsi 5 November lalu.

Hal tersebut disampaikan Sukhiyar menanggapi pertanyaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menanyakan kondisi terkini Merapi dalam kunjungannya ke Kantor Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) di Yogyakarta, Minggu 7 November 2010.

Yudhoyono juga menanyakan apakah ada kemungkinan perluasan zona bahaya dari Puncak Gunung Merapi hingga 20 kilometer (km). Sukhiyar menjawab, berdasarkan data empiris belum ada rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana, BPPTK untuk memperluas rawan bencana.

Sebelum ke BPPTK, Yudhoyono juga mengunjungi Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam kunjungannya, dia meminta agar BNPB cepat memberikan informasi kepada masyarakat dan media.

Dalam kunjungan tersebut, Yudhoyono didampingi oleh Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Perhubungan, Menteri ESDM, Panglima TNI Agus Suhartono.

Akibat letusan besar Merapi Jumat lalu, 88 orang tewas. Angka ini masih kemungkinan bertambah karena sejumlah desa belum disisir mengingat kondisi alam yang masih belum memungkinkan pasca-luncuran wedhus gembel atau awan panas. (hs)

Laporan: Juna Sanbawa l DIY

Gemuruh Merapi Bikin Panik Warga
Sejumlah warga yang nekat memberi makan ternaknya langsung balik arah.
Minggu, 7 November 2010, 07:36 WIB
Umi Kalsum, Sandy Adam Mahaputra
BERITA TERKAIT

* Maskapai Asing Masih Lihat Situasi Merapi
* Merapi Bergemuruh Lagi
* Cathay Tunda Penerbangan Hingga Hari Ini
* Menhub: Abu Vulkanik Rusak Mesin Pesawat
* Tifatul Imbau Warga Berkurban untuk Pengungsi

VIVAnews - Suara gemuruh yang kembali terdengar dari perut Merapi membuat panik warga sekitar gunung. Suara itu terdengar hingga kilometer 13 dan kilometer 15, Kaliurang, Pakem, Sleman. Suara menggelegar terdengar pada pukul 06.00 WIB.

Menurut Adin (28), salah satu warga Pekem yang nekat berada di radius 15 KM, kawasan rawan bencana, suara gemuruh terdengar sejak pukul 05.45 WIB. "Paling keras jam 6," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Minggu 7 November 2010.

Hingga pukul 06.30 WIB, suara gemuruh masih terdengar dengan intensitas lebih rendah. Menurut Adin, warga yang semula hendak naik ke kawasan Turgo dan Pakem untuk memberi makan ternaknya panik mendengar suara itu dan sontak berbalik arah lagi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sudah memperluas kawasan rawan bencana hingga 20 kilometer sejak Kamis malam. Kawasan itu dilarang dihuni. Namun masih banyak penduduk yang nekat kembali ke rumahnya dengan alasan hewan ternak mereka.

Upaya mereka kembali ke rumah membuat petugas lapangan kewalahan. Aparat sampai harus membuat barikade di jalan keluar masuk wilayah pengungsian di kampus UII kemarin untuk menghalangi warga pulang ke rumah. Namun warga masih nekat mencari jalan tikus.

Menjelang subuh tadi, banyak warga yang mencoba kembali ke rumahnya, karena penjagaan saat itu sedikit longgar.
• VIVAnews



Mbah Maridjan

Mbah Maridjan

Mbah Marijan – Berikut ini berita dan rekaman foto video mbah marijan tewas youtube dimana dia adalah juru kunci Gunung Merapi yang belakangan ini terus bergejolak hingga akhirnya malam tadi (26-10-10) kembali menelan korban jiwa termasuk Mbah Marijan. Pria yg mempunyai nama asli Mas Penewu Suraksohargo ini diyakini telah tewas di dalam rumahnya yang berjarak 4 Km dari gunung merapi. Pada Saat dievakuasi jenazah, posisi masih keadaan sujud dimana semua tubuhnya terdapat luka bakar semua. Yang tak kalah menarik lainnya, terdapat masjid yang berdiri kokoh dan dua ekor sapi perah di desa yg di taburi debu panas gunung berapi yang masih hidup. Sapi penghasil susu itu, masih saja tegak berdiri sampai pagi tadi. Namun, kondisi sapi ini memang mengenaskan. Dua sapi ini tetap berdiri di pinggir bangunan rumah yang sudah porak-poranda, tak ada air dan makanan di sampingnya.

mbah maridjan Mbah Marijan

letusan gunung api magma Mbah Marijan

dfcf95e7538beab54108f16d27f1995e Mbah Marijan

masjidsapi Mbah Marijan

Sekujur tubuh ke dua sapi perah itu banyak terdapat luka bakar. Sebagian kulitnya telah mengelupas dan melepuh. Menurut Kesaksian dari salah seorang Tim Evakuasi Mbah Marijan yang mendatangi wilayah kawasan ini pada Selasa (26/10/2010) malam, dua ekor sapi perah itu masih bisa melenguh. Namun Kini, dua sapi itu telah ditangani Tim SAR untuk segera diselamatkan. Sampai detik ini Total korban jiwa di Sleman akibat merapi menjadi 26 orang termasuk mbah marijan, berikut selengkapnya berdasarkan data di RS dr Sardjito:

1. Maridjan (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
2. Puji Rano (laki-laki) Palemsari, Cangkringan, Sleman
3. Tarno (laki-laki), Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
4. Yamto Utomo (laki-laki) Ngrangkang, Cangkringan, Sleman
5. Wahono (laki-laki) Palemsari, Cangkringan, Sleman (relawan lereng Merapi)
6. Sajiman (laki-laki) Kepuharjo, Cangkringan, Sleman
7. Yuniawan Wahyu Nugroho (laki-laki), Cibinong, Bogor (wartawan vivanews)
8. Emi (perempuan) Kinaherjo, Cangkringan, Sleman
9. Imam Nur Kholik (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
10.Sipon (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
11.Tutur Priyono (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman (relawan lereng Merapi)
12.Wiyono (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
13.Emy (perempuan) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
14.Imam (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
15.Andri (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
16.Imam 2 (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
17.Saworejo (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
18.Slamet Ngadiran (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
19.Nardi (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
20.Mr X (laki-laki) Cangkringan, Sleman
21.Mr X (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
22.Mr X (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
23.Mr X (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
24.Mr X (laki-laki) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
25.Mr X (bayi laki-laki ) Kinahrejo, Cangkringan, Sleman
26.Belum dikenali laki-laki atau perempuan